Bagaimana jika Anda dapat mengalami semua manfaat bermimpi – penyembuhan emosional, kreativitas meningkatkan, pemrosesan memori – tanpa pernah menutup mata Anda? Para ilmuwan telah menemukan bahwa psychedelics tertentu dapat meniru tidur REM di negara -negara bangun, menawarkan potensi untuk bermimpi tanpa tidur.
Bermimpi, terutama selama tidur REM (gerakan mata cepat), lebih dari sekadar pengalaman sinematik. Ini adalah proses biologis vital yang terkait dengan regulasi emosional, konsolidasi memori, dan bahkan penghapusan racun dari otak. REM Sleep telah lama dianggap mendukung fleksibilitas mental, kreativitas, dan stabilitas suasana hati.
Tetapi dengan kehidupan modern yang menghilangkan kualitas tidur dan penelitian yang mengatakan bahwa kita tidak perlu tidur sebanyak yang kita kira, beberapa peneliti mengajukan pertanyaan besar: bisakah manfaat impian otak diakses saat bangun?
Sekarang, penelitian baru tentang psychedelics mulai menyarankan ya. Zat -zat seperti LSD, psilocybin, dan DMT tampaknya menginduksi aktivitas otak yang meniru otak yang bermimpi, memicu citra yang jelas, pelepasan emosi, dan perubahan persepsi. Semua ciri khas tidur REM.
Sebuah studi 2017 menunjukkan bahwa LSD dan psilocybin dapat menghasilkan pikiran dan sensasi seperti mimpi sambil benar-benar terjaga. Baru -baru ini, sebuah studi April 2024 menemukan bahwa microdosing LSD (hanya 10 mikrogram) sebenarnya menyebabkan tidur total yang lebih lama dan lebih banyak waktu yang dihabiskan dalam REM malam berikutnya – menyiapkan kemungkinan loop umpan balik antara psychedelics dan regulasi tidur.
Dalam penelitian pada hewan, DMT-komponen aktif Ayahuasca-bahkan telah memicu aktivitas otak seperti REM sementara subjek tetap sepenuhnya sadar. Tubuh penelitian yang berkembang ini memicu gagasan bahwa bermimpi tanpa tidur mungkin tidak bisa diperoleh.
Mimpi memainkan peran penting dalam pemrosesan emosional, dan jika psychedelics dapat meniru itu, mereka dapat menawarkan alat yang kuat untuk terapi. Para peneliti percaya bahwa keadaan impian yang terbangun ini dapat membantu mengobati kondisi seperti PTSD, kecemasan, dan depresi dengan melibatkan sirkuit emosional otak dengan cara yang sama seperti tidur REM.
Dengan memanfaatkan jaringan yang sama, psychedelics dapat membantu pasien memproses trauma atau membingkai ulang pola pikiran-tanpa kebutuhan selama delapan jam mata tertutup.
Namun, para peneliti berhati -hati. Tidur sangat penting bukan hanya untuk mimpi, tetapi untuk perbaikan seluler dan membersihkan neurotoksin – fungsi yang mungkin tidak ditiru oleh keadaan mimpi. Ada juga masalah efek samping, hasil yang tidak konsisten, dan tantangan menciptakan kembali siklus alami REM secara artifisial, semuanya sambil menghindari perjalanan yang buruk dengan psychedelics.